Kamis, 27 Juni 2013

:)

" What it someone you love is happier without you? Will you leave? "

Saya berulang kali membaca pertanyaan itu .....dan berpikir. Akankah saya benar-benar bisa meninggalkan seseorang yang saya cinta, jika nyatanya ia lebih berbahagia tanpa saya?
Hingga paragraf awal ini saya tulis, saya belum meyakini jawabannya.

Mungkin kita terlalu sering diajarkan mencinta, hingga lupa bahwa ada juga yang namanya mengikhlaskan dan merelakan. Pada bagian ini, saya bukan orang yang lihai melakukannya. Namun tak mungkin juga jadi orang yang egois, memaksakan untuk bersama tanpa memikirkan apakah ia yang kita cinta juga merasakan bahagia yang sama.

Kita semua butuh dibutuhkan, kita merasa ingin diingini, kita ingin merasa dirindui. Namun apalah artinya jika tanpa kata 'saling'? Bukan berarti menuntut timbal balas, 'saling' lebih kepada tanpa paksaan, rela hati, bahkan merasa suka melakukannya.

Kembali kepada pertanyaan awal. Jika ia yang kamu cinta lebih bahagia tanpa adanya dirimu, apakah kamu mau meninggalkannya? Susah memang, tapi bukan berarti tidak bisa. Toh esensi meninggalkan dan ditinggalkan adalah "berbahagia tanpa" bukan "bersedih dengan".

Saya belajar banyak, banyak sekali. Menerima walau tak diterima, merelakan pergi ia yang menginginkan saya pergi, ikut berbahagia saat ia yang saya cinta berbahagia tanpa saya. Dan diakhir paragraf ini, saya menjawab pertanyaan tersebut dengan, "iya, saya akan pergi. Berbahagialah kamu tanpa saya".

" I will learn to love again. Iwill learn to love. Iwill learn."

0 komentar:

Posting Komentar