Aku selalu menyunggingkan sebuah senyum saat memikirkan bagaimana cara semesta berkonspirasi untuk membuat kita bertemu.
Kita, pada awalnya adalah aku dan kamu yang menjalani hidupnya sendiri-sendiri, menjalani waktu-waktu yang kadang bersilangan namun saling memalingkan diri.
Kita, yang dulu pernah sesekali terlibat percakapan-percakapan dalam sebuah lingkar senyuman.
Dan kita, yang pernah terlibat bertatapan dalam diam.
Siapalah aku?
Aku pada waktu itu hanyalah setengah dari perempuan tanggung yang belum punya tanggung jawab terhadap segala gerak-gerikmu. Dan aku sama sekali tidak berhak untuk sekadar memprotes senyuman-senyuman mu yang memang mengganggu.
Aku adalah orang yang gemar berpikir, berpikir tentang apa saja yang mampu aku pikirkan. Dan aku terus berpikir yang macam-macam tentang mu.
Aku berpikir tentang alis lebat yang menyempurnakan dahimu.
Aku berpikir tentang hidung yang pesek-pesek jambu,hahahah
Dan seingatku, aku pernah begitu berharap untuk bisa mengetahui apa yang ada didalam pikiranmu.
Percayakah kamu, saat aku berkata tidak ada kejadian yang kebetulan?
Yang kutahu, pada waktu itu semesta sedang mengatur rencana untuk kita. Lapangan Futsal, pemrograman delphi, Arsenal, melamar pekerjaan, dan segala yang muncul pada waktu itu kuyakini sebagai rencana semesta.
Aku berpikir, apa yang akan terjadi bila saja kamu tidak memutuskan untuk pindah jam kelas pada saat itu. Atau bila kita tidak masuk pada kelas yang sama, bila kita tidak duduk bersebelahan untuk berkenalan dan berkompromi tentang mata kuliah pemrograman, atau untuk apapun sesuai keinginan semesta.
Semua tidak akan sama
Ya, semua tidak akan sama bila kamu menjemputku bukan diperempatan jalan.
Kamu duduk diatas motormu, celana bahan mu, sepatu pantofel mu, baju kemeja bergaris merah mu dan senyumanmu. Semua tidak akan sama bila salah satu dari semua itu tak sesuai dengan rencana semesta.
Aku ingat, setelah sedikit sapa dan senyuman kita bergegas menuju untuk melamar pekerjaan. Pada saat itu kita adalah 2 orang yang sibuk pada satu hal yang melengkapi. Kamu sibuk memasuki pikiranku dan aku sibuk untuk mencoba menutupnya :D
Kita sampai ditujuan, lalu mencoba masuk untuk memberikan lamaran itu dan konyolnya zonk,hahahah
Berjalan keluar kantor sebagai dua orang yang pura-pura lugu, lalu mengakhiri dengan ambigu.
Hahahahahha pada bagian ini yang slalu aku ingat kita merasakan malu berjama'ah.
Aku masih ingat semuanya dengan jelas, sekitar pukul 11an siang kita pulang menyusuri jalan sambil mencari tempat makan karna kamu bilang belum sarapan dan akhirnya berhenti di depot bakso spesial pilihanku. Aku ingat, sambil menunggu pesanan kita hanya sibuk memperhatikan orang-orang yang ada disana. Lalu kucoba untuk mencairkan suasana dengan memberi pertanyaan tentang apa kesibukanmu sehari-hari, dan selanjutnya mengalir begitu saja.
Kamu
Kamu tidak tahu bahwa pada saat itu degup jantungku berdegup seperti tidak biasanya.
Kamu tidak tahu susahnya menahan diri untuk mengabaikan perasaan itu.
Dan andai kamu tahu, pada waktu itu, kamulah satu-satunya alasan mengapa semesta membuat lidahku kelu untuk sekedar mengucap aku suka kamu.
Jatuh cinta itu seperti menonton sulap, kau takkan pernah tahu rahasianya diawal.
♥070713
Senin, 17 Maret 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar